Thursday 23 January 2014

BAB 1

KEBOHONGAN



Cerita ini bukan cerita tentang siapa-siapa. Cerita ini hanya tentang aku. Aku yang hanya sendiri dalam dunia ini. Dunia yang makin penuh dengan kebusukan dari bangkai manusia. Banyak yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tapi kurasa kalo itu hanyalah omong kosong. Manusia hanya menjadi makhluk sosial jika mereka memang membutuhkannya. Manusia hanya memanfaatkan orang lain. Bahkan mereka akan membuangnya jika memang sudah tidak dibutuhkan.

Ya, aku merenung memikirkan hal itu dibalik rembulan yang gelap. Sejenak kuberdiri, dan melihat bayanganku sendiri yang terpantul dari balik genangan air. Kadang aku juga tidak mengerti. Mengapa aku harus berbicara pada seseorang. Sebenarnya, apa yang harus kubicarakan? Bahkan sampai sekarang, aku hidup dalam kebohongan. Kebohongan mempunyai teman. Hanya mencoba menyamakan pendapat dalam percapakan agar bisa dianggap teman. Walaupun, aku tidak ingin berkata atau mengatakannya. Tapi, apakah ini tidak apa-apa?

Pagi itu, awal semester 2 untuk tahun ajaran sudah dimulai. Seperti biasa, untuk anak kelas 3 SMA sepertiku, maka akan banyak try-out atau latihan-latihan untuk menghadapi ujian Nasional maupun ujian masuk Perguruan Tinggi. Pagi itu, aku melangkahkan kakiku seperti biasa masuk ke dalam sebuah kelas. Pagi itu, aku sengaja berangkat paling akhir karena tidak ingin untuk berlama berakting terlihat menyenangkan didepan teman-temanku.

Seperti biasa, suasana kelas waktu itu sangat gaduh. Mungkin karena akan mendekati ujian, maka mereka banyak yang membahas soal-soal ujian tahun lalu. Dan seperti biasa, aku lebih senang untuk duduk dipojok agar terhindar dari perhatian.

Hingga suatu suara, mengganggu pagiku hari itu. 

"Ivannn", suara seorang wanita mengagetkanku. 

Ketika ku tengok, dia adalah Lisa, teman sekelasku. Sebenarnya Lisa adalah salah satu gadis yang cukup populer disekolah. Yang kutahu bahwa dia hanya bermain dengan teman-teman yang juga cukup populer disekolah. Untuk teman yang kurang populer? Aku rasa dia hanya menjadi sekedar teman untuk mereka.

"Ajarin aku soal yang ini donk".
"Oh, iya. Coba tak lihat sebentar" dengan senyum yang kupaksakan mencoba agar membuat dia senang.
"Munkin kaya gini, caranya....", sambil menyodorkan sebuah kertas yang berisi cara pengerjaannya.

Tepat setelah aku selesai menjelaskan, dia langsung segera pergi untuk berkumpul dengan teman-temannya. Dari sini aku semakin yakin bahwa perkataan "manusia adalah makluk sosial" adalah omong kosong. Mereka hanya hidup untuk kepentingan kelompoknya.

Ya, hari-hari lainnya kulalui dalam kekosongan dan kebohongan seperti itu. Kekosongan yang tiada batas. Kebohongan akan adanya seorang teman. Hingga saat ini, aku tidak pernah percaya bahwa "Teman adalah orang yang ada disaat suka maupun duka". Yang kutahu, mereka hanya ada disaat sukanya saja. Ada disaat duka???, kau teralu banyak menonton sinetron.



0 comments:

Post a Comment