BAB 2

Sendiri

Ya, walaupun tingkahku seperti itu. Setidaknya aku punya beberapa teman bohong setidaknya mau mengobrol denganku. Yang kutahu dari pertemanan itu, mereka tidak sebenarnya memang ingin mengobrol denganku. Kurasa hanya memanfaatkan diriku.

Yah, waktu itu kelasku sedang ada dalam pelajaran sejarah. Guru yang mengajar mata pelajaran tersebut terkenal sadis, galak, dan killer. Terkadang kulihat banyak murid lain yang sengaja menghindarinya. Guruku yang satu itu memang suka melemparkan soal-soal yang kurasa kalo akan sulit dijawab apabila mereka belum menguasainya seutuhnya.

Pada saat itu, bisa kurasakan semua temanku yang berada kelas itu menggigil ketakutan. Aku tahu jika mereka takut ditunjuk maju atau sebagainya. Maka, pada saat itu banyak teman yang tiba-tiba akrab denganku. Bukan karena aku jago ataupun lainnya, setidaknya mereka memanfaatku menjadi perisainya. Perisai untuk menghadapi guru itu. 

Yah, mereka tahu paling suka dipojok dan tidak suka untuk beradu argumen ataupun sebagainya. Jadi ketika guru tersebut menanyakan, "Siapa yang bisa jawab pertanyaan ini?". Kulihat, mereka dengan wajah yang seperti devil itu berteriak seperti sudah direncanakan satu sama lain. "Ivaaannn pak". Mereka tidak pernah peduli aku akan bisa menjawabnya atau tidak. Tapi setidaknya itu bisa mengulur waktu hingga pelajaran tersebut selesai.

Mereka tahu jika aku hanya akan diam menerima kelakuan itu. Walaupun aku dimarahi, aku pasti hanya akan diam menerima itu semua. Bahkan aku pernah diusir keluar, karena dianggap tidak memperhatikan pelajarannya itu. Tapi yang kutahu, aku hanyalah tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan itu.

Tapi yang kusuka dari itu, setidaknya aku bisa diluar. Menikmati kesendirianku dialan yang bebas. Tidak dikurung dalam sebuah bangunan yang penuh dengan siksaan mental. Yah, bukan maksudku untuk mengajrakan hal yang tidak baik. Tapi setidaknya, ada hal positif yang bisa kita ambir dari kesalahan ataupun sebagainya.

Posted in: